Monday, October 19, 2015

Sistem Lepas Panen Ubi Kayu

Industri lepas panen tanaman ubi kayu dapat diuraikan sebagai suatu sistem dengan komponen-komponen utama sebagai berikut:
  1. Panen dan pemisahan umbi dari batangnya,
  2. Pengumpulan, angkutan, da penyimpanan,
  3. Prosesing (pengawetan atau perubahan bentuk, misalnya pengolahan menjadi gaplek, chips, dan pallet, atau pengolahan lebih lanjut menjadi pati dan turunan-turunannya, difermentasikan, dihidrolisis, ataupun dijadikan high fructose syrup),
  4. Pemanfaatan oleh konsumen (termasuk pengolahan di rumah-rumah tangga),

Komponen-komponen penting lainnya meliputi :
  1.  Angkutan dan distribusi,
  2. Pemasaran,
  3. Penyortiran dan kontrol kualitas,
  4. Pemberantasan hama,
  5. Pembungkusan,
  6. Komunikasi antara semua yang terlibat dalam industri ini,
  7. Informai, demonstrasi atau pameran, dan penerangan,
  8. Pabrikasi dan penyaluran mesin-mesin serta peralatannya,
  9. Kontrol biaya (stabilitas harga dan pemberian kredit),
  10. Tata laksana dan administrasi serta integrasi keseluruhan sistem.

Meskipun sukar diperoleh angka-angka yang akurat akibat kurang baiknya cara penanganan sistem lepas panen tanaman ubi kayu, namun banyak contoh yang menunjukkan bahwa sesungguhnya kehilangan produksi sesudah panen di Indonesia cukup besar jumlahnya. Harga yang tidak menentu dan yang turun sangat tajam pada musim panen raya di banyak tempat, memaksa petani menjual rugi atau membiarkan tanamannya membusuk di kebun karena ongkos panen lebih tinggi daripada harga jualnya.

Berbagai faktor penyebab lain dapat menimbulkan berbagai macam kehilangan, termasuk di dalamnya kehilangan berat, kehilangan nilai nutrisi, kehilangan kualitas atau rasa, kehilangan nilai ekonomi, maupun kehilangan aktual berupa produk itu sendiri.

Kehilangan-kehilangan tersebut dapat terjadi melalui berbagai cara. Teknik memanen yang salah dapat mengakibatkan banyak umbi tertinggal di dalam tanah; di samping itu umbi yang patah atau luka waktu dicabut mudah menjadi busuk. Serangan kapang dan penyakit fisiologis dapat mengakibatkan umbi yang terlalu lama disimpan menjadi busuk. Serangga dan tikus memangsa gaplek atau chips menurun kualitasnya. Kesalahan-kesalahan penanganan lainnya juga dapat mengakibatkan kehilangan yang cukup berarti. Metoda penyimpanan dan distribusi yang tidak memadai, serta pengolahan yang kurang baik di dapur-dapur konsumen merupakan sumber kehilangan yang lain.
Sistem Lepas Panen Ubi Kayu

Sistem pemasaran secara tradisional sering kali juga mengurangi penghasilan petani karena terlalu banyak tangan yang terlibat di dalamnya; ditambah dengan fasilitas transportasi dan jaringan jalan ke titik-titik kunci produksi yang buruk serta fasilitas pelabuhan yang tidak memadai. Kesemuanya merupakan sebab-sebab utama kurangnya minat para petani untuk berproduksi lebih tinggi.

Perbaikkan teknik bercocok tanam dengan bibit unggul, bimbingan masal intensifikasi khusus mungkin dapat menaikkan produksi ubi kayu lima atau enam kali lipat tingkat produksi sekarang, yaitu sekitar 120 juta ton dari 1,4 juta hektar lahan pertanian di seluruh Indonesia. Namun minat petani untuk berproduksi tinggi harus dirangsang dengan cara penanganan sistem lepas panen yang seefisien mungkin.

Besar kompleksnya sistem lepas panen berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain; tergantung pada luas dan banyaknya tanaman yang diusahakan. Untuk pertanian subsisten, hanya terdapat satu pertanyaan tentang panen, yaitu penyimpanan, karena prosesing hasil pertanian tersebut dapat dilakukan di kebun atau di halaman rumah petani sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya kota dan industri di sekitar daerah tersebut, maka petani terdorong untuk berproduksi lebih dari sekedar yang diperlukannya. Bersamaan dengan hal tersebut, semua aktivitas pertanian dan lepas panen sudah harus mulai dikerjakan dengan sistem yang lebih kompleks.

Berbagai masalah akan timbul di dalam suatu sistem lepas panen. Misalnya: di mana gudang harus didirikan untuk menampung surplus hasil; bagaimana sistem angkutan yang sebaik-baiknya dengan mengingat letak dan kondisi jaringan jalan ke daerah pertanian tersebut; lebih-lebih jika musim penghujan akan segera tiba. Jaringan jalan ke daerah-daerah penghasil ubi kayu di banyak tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak berfungsi lagi karena tidak segera dapat dilalui kendaraan berat setelah musim penghujan datang. Di daerah-daerah tersebut, panen ataupun perdagangan ubi kayu pada musim seperti ini sangat dihindari.

Komponen mutu produksi merupakan faktor pertimbangan lain di dalam sistem, terutama jika produk tersebut akan dijual ke daerah lain, diekspor, atau diproses lebih lanjut.

Suatu unit proses tidak selalu diperlukan, terutama jika hasil panen cukup ditangani di rumah-rumah tangga, misalnya dijadikan chips atau gaplek. Namun unit semacam ini, jika dipilih dengan tepat, dapat menyumbangkan banyak keuntungan, di antaranya merangsang petani untuk berproduksi lebih tinggi.

Unit proses yang dipilih dengan tepat dapat menampung seluruh produksi daerah sekitarnya, dan mengolah bahan mentah tersebut menjadi bahan lain yang lebih tinggi daya guna maupun nilai ekonominya. Untuk memilih unit proses yang setepat-tepatnya pemasaran dan tanggapan konsumen atas bahan jadi yang dihasilkannya terlebih dahulu harus diteleliti dengan cermat.


Sejumlah besar pengalaman dapat ditimba dari sistem-sistem lepas panen komoditi pangan lain, misalnya padi dan gula, untuk diterapkan di dalam sistem lepas panen ubi kayu. Termasuk juga di dalamnya aktivitas-aktivitas komunikasi, informasi, penyuluhan, dan lain sebagainya.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar jika perlu menanyakan seputar Industri Ubi Kayu dan proses pengolahannya