Industri lepas panen tanaman ubi kayu dapat diuraikan
sebagai suatu sistem dengan komponen-komponen utama sebagai berikut:
- Panen dan pemisahan umbi dari batangnya,
- Pengumpulan, angkutan, da penyimpanan,
- Prosesing (pengawetan atau perubahan bentuk, misalnya pengolahan menjadi gaplek, chips, dan pallet, atau pengolahan lebih lanjut menjadi pati dan turunan-turunannya, difermentasikan, dihidrolisis, ataupun dijadikan high fructose syrup),
- Pemanfaatan oleh konsumen (termasuk pengolahan di rumah-rumah tangga),
Komponen-komponen penting lainnya meliputi :
- Angkutan dan distribusi,
- Pemasaran,
- Penyortiran dan kontrol kualitas,
- Pemberantasan hama,
- Pembungkusan,
- Komunikasi antara semua yang terlibat dalam industri ini,
- Informai, demonstrasi atau pameran, dan penerangan,
- Pabrikasi dan penyaluran mesin-mesin serta peralatannya,
- Kontrol biaya (stabilitas harga dan pemberian kredit),
- Tata laksana dan administrasi serta integrasi keseluruhan sistem.
Meskipun sukar diperoleh angka-angka yang akurat akibat
kurang baiknya cara penanganan sistem lepas panen tanaman ubi kayu, namun
banyak contoh yang menunjukkan bahwa sesungguhnya kehilangan produksi sesudah
panen di Indonesia cukup besar jumlahnya. Harga yang tidak menentu dan yang
turun sangat tajam pada musim panen raya di banyak tempat, memaksa petani
menjual rugi atau membiarkan tanamannya membusuk di kebun karena ongkos panen
lebih tinggi daripada harga jualnya.
Berbagai faktor penyebab lain dapat menimbulkan berbagai
macam kehilangan, termasuk di dalamnya kehilangan berat, kehilangan nilai
nutrisi, kehilangan kualitas atau rasa, kehilangan nilai ekonomi, maupun
kehilangan aktual berupa produk itu sendiri.
Kehilangan-kehilangan tersebut dapat terjadi melalui
berbagai cara. Teknik memanen yang salah dapat mengakibatkan banyak umbi
tertinggal di dalam tanah; di samping itu umbi yang patah atau luka waktu
dicabut mudah menjadi busuk. Serangan kapang dan penyakit fisiologis dapat
mengakibatkan umbi yang terlalu lama disimpan menjadi busuk. Serangga dan tikus
memangsa gaplek atau chips menurun kualitasnya. Kesalahan-kesalahan penanganan
lainnya juga dapat mengakibatkan kehilangan yang cukup berarti. Metoda
penyimpanan dan distribusi yang tidak memadai, serta pengolahan yang kurang
baik di dapur-dapur konsumen merupakan sumber kehilangan yang lain.
Sistem pemasaran secara tradisional sering kali juga
mengurangi penghasilan petani karena terlalu banyak tangan yang terlibat di
dalamnya; ditambah dengan fasilitas transportasi dan jaringan jalan ke
titik-titik kunci produksi yang buruk serta fasilitas pelabuhan yang tidak
memadai. Kesemuanya merupakan sebab-sebab utama kurangnya minat para petani
untuk berproduksi lebih tinggi.
Perbaikkan teknik bercocok tanam dengan bibit unggul,
bimbingan masal intensifikasi khusus mungkin dapat menaikkan produksi ubi kayu
lima atau enam kali lipat tingkat produksi sekarang, yaitu sekitar 120 juta ton
dari 1,4 juta hektar lahan pertanian di seluruh Indonesia. Namun minat petani
untuk berproduksi tinggi harus dirangsang dengan cara penanganan sistem lepas
panen yang seefisien mungkin.
Besar kompleksnya sistem lepas panen berbeda-beda dari satu
daerah ke daerah lain; tergantung pada luas dan banyaknya tanaman yang
diusahakan. Untuk pertanian subsisten, hanya terdapat satu pertanyaan tentang
panen, yaitu penyimpanan, karena prosesing hasil pertanian tersebut dapat
dilakukan di kebun atau di halaman rumah petani sendiri. Tetapi dengan semakin
berkembangnya kota dan industri di sekitar daerah tersebut, maka petani
terdorong untuk berproduksi lebih dari sekedar yang diperlukannya. Bersamaan
dengan hal tersebut, semua aktivitas pertanian dan lepas panen sudah harus
mulai dikerjakan dengan sistem yang lebih kompleks.
Berbagai masalah akan timbul di dalam suatu sistem lepas
panen. Misalnya: di mana gudang harus didirikan untuk menampung surplus hasil;
bagaimana sistem angkutan yang sebaik-baiknya dengan mengingat letak dan
kondisi jaringan jalan ke daerah pertanian tersebut; lebih-lebih jika musim
penghujan akan segera tiba. Jaringan jalan ke daerah-daerah penghasil ubi kayu
di banyak tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak berfungsi lagi karena
tidak segera dapat dilalui kendaraan berat setelah musim penghujan datang. Di
daerah-daerah tersebut, panen ataupun perdagangan ubi kayu pada musim seperti
ini sangat dihindari.
Komponen mutu produksi merupakan faktor pertimbangan lain di
dalam sistem, terutama jika produk tersebut akan dijual ke daerah lain,
diekspor, atau diproses lebih lanjut.
Suatu unit proses tidak selalu diperlukan, terutama jika
hasil panen cukup ditangani di rumah-rumah tangga, misalnya dijadikan chips
atau gaplek. Namun unit semacam ini, jika dipilih dengan tepat, dapat
menyumbangkan banyak keuntungan, di antaranya merangsang petani untuk
berproduksi lebih tinggi.
Unit proses yang dipilih dengan tepat dapat menampung
seluruh produksi daerah sekitarnya, dan mengolah bahan mentah tersebut menjadi
bahan lain yang lebih tinggi daya guna maupun nilai ekonominya. Untuk memilih
unit proses yang setepat-tepatnya pemasaran dan tanggapan konsumen atas bahan
jadi yang dihasilkannya terlebih dahulu harus diteleliti dengan cermat.
Sejumlah besar pengalaman dapat ditimba dari sistem-sistem
lepas panen komoditi pangan lain, misalnya padi dan gula, untuk diterapkan di
dalam sistem lepas panen ubi kayu. Termasuk juga di dalamnya
aktivitas-aktivitas komunikasi, informasi, penyuluhan, dan lain sebagainya.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar jika perlu menanyakan seputar Industri Ubi Kayu dan proses pengolahannya